ü Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. (buku Ilmu Ajar bedah. Syamsuhidayat)
ü Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang di sebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia, radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin.
Etiologi
ü Termal (suhu > 60˚) → api, air panas
ü Arus listrik,
ü Bahan kimia,
ü Radiasi,
ü suhu rendah (frost bite),
ü Tersambar petir,
ü Ledakan.
Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain : gagal ginjal akut, odema paru, SIRS (Systemic Inflamatory Response Sindrom), infeksi, dan sepsis serta parut hipertropik dan kontraktur.
Tiga zona luka bakar :
1. Zona koagulasi :
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi Protein) akibat pengaruh panas.
2. Zona Stasis :
Daerah yang berada di luar Zona koagulasi terjdi, pada daerah ini terjadi kerusakan enotel pembuluh darah , trombosit, lekosit, dan gangguan perfusi jaringan, perubahan permeabilitas kapiler.
3. Zona Hiperemi :
Daerah di luar zona stasis dimana terjadi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi.
Klasifikasi luka bakar
Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I (Superficial thickness)
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II (Partial thickness)
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
ü Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
ü Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III (Full thickness)
- Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
- Tidak dijumpai bulae.
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor (Berat)
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
a. Fase akut
Pada fase ini problem yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
Ø Cedera Inhalasi
Mekanisme trauma dibagi 3 :
1. Inhalasi Carbon Monoksida (CO)
CO merupakan gas yang dapat merusak oksigenasi jaringan , dalam darah berikatan dengan Hb dan memisahkan Hb dengan O2 sehingga akan menghalangi penggunaan oksigen.
2. Trauma panas langsung mengenai saluran nafas
Sering mengenai saluran nafas bagian atas jarang mengenai bagian bawah karena sebelum mencapai trachea secara reflek terjadi penutupan plica dan penghentian spasme laryng. Edema mukosa akan timbul pada saluran nafas bagian atas yang menyebabkan obstruksi lumen, 8 jam pasca cedera. Komplikasi trauma ini merupakan penyebab kematian terbanyak.
3. Efek samping sisa pembakaran
Gas karosen, aldehid akan mengiritasi mukosa membran karena merupkan toksik yang iritan.
Ø Cedera Termis
Menimbulkan gangguan sirkulasi keseimbangan cairan & elektrolit, sehingga berakibat terjadi perubahan permeabilitas kapiler dan menyebabkan odema selanjutnya terjadi syok hipovolemi.
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Rule of nine
- kepala dan leher = 9%
- ektrimitas atas = 2X9% (kiri dan kanan)
- paha dan betis = 4 X 9 % (kiri dan kanan)
- dada, perut, punggung, bokong = 4 X 9%
- perinium dan genitalia = 1%
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak bayi karena luas permukaan anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
2. Diagram
Rule of Nine
|
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
LOKASI
|
USIA (Tahun)
| ||||
0-1
|
1-4
|
5-9
|
10-15
|
DEWASA
| |
KEPALA
|
19
|
17
|
13
|
10
|
7
|
LEHER
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
DADA & PERUT
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
PUNGGUNG
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
BOKONG KIRI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
BOKONG KANAN
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
GENITALIA
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
LENGAN ATAS KA.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN ATAS KI.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
LENGAN BAWAH KA
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
LENGAN BAWAH KI.
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
TANGAN KA
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
TANGAN KI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
PAHA KA.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
PAHA KI.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
TUNGKAI BAWAH KA
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
TUNGKAI BAWAH KI
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
KAKI KANAN
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
KAKI KIRI
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
Penegakan Diagnosis :
Anamnesis :
ü Biodata → Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien.
ü Keluhan utama → nyeri, sesak nafas. Nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality.
ü Riwayat penyakit sekarang
ü Gambaran keadaan pasien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakukan.
ü Riwayat penyakit masa lalu
ü Resiko kematian akan meningkat jika pasien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alcohol
ü Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
2. Vital sign
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
3. Pemeriksaan kepala dan leher
· Kepala dan rambut
bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setelah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
· Mata
kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
· Hidung
perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
· Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang
· Telinga
bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
· Leher
posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan
4. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6. Urogenital
jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
7. Muskuloskletal
atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri
8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
9. Pemeriksaan kulit
luas dan kedalaman luka.
Pemeriksaan diagnostik
· Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
· Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K pump
· Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilanga protein
· Faal hati dan ginjal
· CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan RBC, trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak
· Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phospate
· Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
· Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan faktor yang mendasari
· ECG : untuk mengetahui adanya
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Indikasi rawat inap :
- Dewasa derajat II > 15 %
- Anak & orang tua derajat II > 10 %
- Derajat III > 10 %
- Luka pada : wajah, tangan, genital/perineal
- Penyebabnya : kimia dan listrik
- Menderita penyakit lain : DM, hipertensi
Penderita dengan luka bakar > 40% diusahakan pemasangan CVP
Bila Luas luka bakar :
- < 20% , tubuh masih bisa kompensasi
- > 20% , shock hipovolemik (perpindahan cairan intra ke ekstravasculer)
Prinsip Penanganan :
· Jika api masih hidup penderita disuruh berhenti, menjatuhkan diri dan berguling di lantai / tanah (stop drop roll)
- Hilangkan heat-restore , bila < 15 menit siram air dingin
- ABC
Airway , trauma inhalasi, pasang ET
Breathing
Bila terjadi Eschar (kulit kaku), lakukan Escharektomi, karena dapat menimbulkan sukar nafas. Bila perlu lakukan zebra incision pada tulang iga
Circulation
Digunakan formula Baxter dengan larutan Ringer Laktat, jangan memakai NaCl karena Cl memperberat asidosis.
Formula Baxter : 4 cc/24jam x BB x %LB
Cara pemberian : - 8 jam pertama 50% (sejak kejadian LB)
- 16 jam kedua 50%
Untuk anak-anak : 2 cc x BB x % LB = a cc
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
b cc
Kebutuhan total = a x b , memakai lar RL : Dextran = 17:3
Perawatan Luka Bakar :
Derajat I :
- Cuci NaCl 500 cc
- Zalf Bioplasenton untuk mencegah kuman masuk/infeksi
Derajat II :
- Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc
- Sufratul
- Tutup verband steril tebal , ganti tiap minggu
Derajat III :
- Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc tiap hari
- Debridemen tiap hari
- Escharektomi
- Dermazin/Burnazin (sulfadiazin) tiap hari
- Hari ke-7 dimandikan air biasa, setelah mandi daerah luka didesinfektan sol savlon 1 : 30
- Luka dibuka 3 – 4 hari jika tidak ada infeksi / jaringan nekrose
- Posisi Penderita :
1. Ekstremitas sendi yang luka posisi fleksi / ekstensi maksimal
2. Leher & muka defleksi, semi fowler (bantal di punggung)
3. Eskarektomi dilakukan bila luka melingkar atau berpotensi penekanan
Skin Graft dilakukan bila :
ü Luka grade II dalam 3 minggu tak sembuh
ü Luka grade III setelah eksisi
ü Terdapat granulasi luas ( diameter > 3 cm)
Medikasi :
· Antibiotika ( bila < 6 jam) diberikan Sefalosporin generasi III
· Analgetika
· Antasid (H2 blocker ) , untuk mencegah stress ulcer
· ATS / Toxod
Nutrisi dan Roborantia
· TKTP diberikan oral secepat mungkin
· Kebutuhan kalori menurut Formula Curreri :
Dewasa = 25 cal/KgBB + 40 cal% LB
Anak = 60 cal/KgBB + 35 cal% LB
· Roboransia à vit C (setelah 2 minggu), vit b, vit A 10.000 U
Ø Bila terjadi Ileus, stop makan/minum, pasang NGT
Ø LB > 40%, pasang CVP selama 4 hari, bila sampai 1 minggu ganti kateter
Ø Oliguri , berikan cairan cukup (CVP normal) dilakukan tes terapi manitol
o Dewasa = 10 cc/10-20 menit diulang tiap 6 jam
o Anak = 0,2 mg/KgBB / 14-20 menit
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar dan penanganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepataan kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah mengalami kontraktur.
· Luka bakar superfisial tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis).
· Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis, pemulihan berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan parut
· Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan pulih tanpa menimbulkanmasalah.
· Luka yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempitan
Komplikasi
1. Hipertropi jaringan parut.
Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh :
· Kedalaman luka bakar
· Sifat kulit
· Usia pasien
· Lamanya waktu penutupan kulit
Jaringan kulit menglami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan warna berubah menjadi merah , merah tua sampai coklat dan teraba keras, setelah 12-18 bulan jaringan parut akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut / lemas.
2. Kontraktur
Kontaktur dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah kontraktur adalah :
- Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
- Ambulasi yang dilakukan pada 2-3 kali/hari segera mungkin pada pasien yang terpasang alat invasive, mobilisasi dibantu.
- Pressure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertropi scar (menghambat mobilisasi dan mendukung terjadinya kontrakatur )
By: choreecho@yahoo.co.id
From : some of sources...^^
From : some of sources...^^
No comments:
Post a Comment